[Pengalaman] Sunday Brunch yang Tidak Menyenangkan Di Restoran Dharmawangsa Jakarta





Apakabar semua, gimana hari liburnya ....

Liburan panjang gak terasa ya, kayaknya untuk hari libur selalu kurang ....

Libur lebaran tahun ini kebetulan aku gak kemana-mana, hanya menghabiskan waktu bersama keluarga di Jakarta aja. Aku menghabiskan waktu lebaran dengan banyak makan makanan berkolestrol, eittss tapi cuma 1 kali aja cukup kok gak lagi-lagi ...


Pernah gak seh kalian merasa laper kepengen banyak makan tapi gak puas.
Hal ini yang aku alami saat aku makan di sebuah restoran ternama yang bikin gak puas dari segi pelayanannya.

Tanggal 26 Juni 2017, tepatnya di The Dharmawangsa hotel jakarta selatan, aku mrnghabiskan long weekend libur lebaran ini dengan kepengen makan yang enak dan banyak. Tapi eh tapi semua yang aku idam-idam kan pupus sudah.

Loh kok Pupus seh, kenapa?

Awal ceritanya aku diberikan satu keistimewaan dengan mendapatkan makan sepuasnya ala buffet di Jakarta Restoran hotel Dharmawangsa, tapi yang bikin aku kesel dan super duper nyesel pelayanan para pelayan di restoran ini tidak beretika dan sangat tidak membuat nyaman.

Aku datang pada hari itu pukul 13.10 dimana saat memasuki area restoran ini kami disambut dengan pelayan lelaki bernama pak Ihwan, beliau mengantarkan kami ke tempat duduk. Ini adalah awal mula kejadian menyebalkan itu terjadi, beliau yang notabene nya harusnya menyambut kami dengan ramah ternyata berbalik 180 derajat memicingkan matanya dengan tidak sopan terhadapku. Yang pada hakikatnya aku tidak mengenal siapa dia, dan aku pun baru pertama kali datang ke tempat ini dan untuk yang terakhir kali aku tidak akan pernah mau menginjakkan kaki ke retoran ini lagi.

Saat dia menyiapkan serbet ke pangkuanku dia menyibakkan dengan tidak sopan dan tidak beretika ramah. Apakah pelayan di sana adalah orang baru? Aku percaya tidak, karena kalau pun dia orang baru pasti sudah berpengalaman bertahun-tahun bekerja di bidang dan profesi yang sama donk.

Dan yang aku lihat sepengamatanku, rata-rata penerima tamu disana (khusus yang laki-laki) sudah berumur alias sudah bapak-bapak. Ataukah makan di tempat tersebut haruskah menunjukkan kalau dia orang mentereng alias kaya atau bawa pengawal dulu kah seperti pejabat pemerintah baru dilayani dengan istimewa.

Setau dan informasi yang aku dapatkan dari manajer restoran tersebut yaitu bapak hugo, semua tamu di restoran tersebut adalah VIP alias sama rata dan tidak ada pembanding. Tapi yang aku rasakan kok BEDA ya ...

Secara Makan ala Sunday Brunch di Jakarta Restoran The Dharmawangsa Jakarta pada pukul 11.30-15.00 ini tidak lah murah, kita harus memiliki kocek yang lumayan dalam sebesar kurang lebih 1.5 juta untuk sekali per kedatangan. Harusnya dengan harga makanan yang sangat amat mahal itu sebanding dan sepadan donk dengan pelayanannya. Tapi tak dinyata berbeda sekali dan sangat tidak beretika dan pilih-pilih customer.

Saat kami datang dan baru makan 1 jam pada pukul 14.00, pak ihwan yang tadi di awal aku ceritakan menghampiri kami dan menanyakan ada lagi yang bisa saya bantu, aku terperanjat dan berbicara dengan berbisik ke pasanganku dengan berkata, barusan dia ngusir kita ya? Kok tiba-tiba dia datang yang padahal diawal kedatangan dia hanya mencarikan tempat duduk dan tidak melayani kami. Aku dan pasanganku mengambil makanan dengan sendiri karena memang kita pertama masih kuat untuk mondar-mandir ambil makanan dan kedua kami tidak ingin menjadi tuan raja yang cuma tinggal nyuruh ambil makanan, padahal makanan yang kita inginkan hanya 1 jengkal dihadapan.

Sungguh luar biasa tidak BER ETIKA  bapak ihwan ini, saat kami sedang makan dia ingin mengusir kami dengan cepat-cepat supaya jangan berlama-lama. Aku rasa semua orang ber-hak mendapatkan pelayanan yang terbaik dari setiap restoran ataupun tempat makan dimanapun, dan baru pertama kali aku dilayani di restoran mahal hotel bintang 5 yang sangat amat tidak menyenangkan seperti ini.

Kenapa aku  menuliskan diawal cerita ketidaknyamanan keadaan ini diawal tulisanku, karena pada awalnya aku datang kesini memang untuk mereview pengalamanku bersantap dimanapun. Dan karena komplainku tak digubris dan pihak restoran dan hotel tersebut tidak memiliki CUSTOMER COMPLAIN yang eksplisit maka tulisan ini aku buat sekedar untuk menjadi tumpahan kekesalanku yang terpendam dan tak tersalurkan.


Tapi dibalik semua hal tidak menyenangkan dan tidak memuaskan dari segi palayanan tersebut, makanan di restoran ini sangat menyenangkan dan para chef yang melayani sangat helpfull dan infomatif.

Restoran ini menyediakan makanan ala barat dan jarang kita temui di restoran manapun di Jakarta. Karena hampir semua menu yang tersedia disini fresh dan sangat enak, apalagi seafoodnya patut untuk dicoba.





Seafood disini sangat fresh dan tidak amis, saat dimakan mentah 



Selama ini aku tidak berani makan seafood mentah, karena kandungan bakteri dimana mereka diambil yaitu di laut sangat rentan dengan logam merkuri dan limbah berbahaya. Seafood mesti dimasak matang tujuannya supaya tidak menyebabkan diare dan alergi pada kulit seseorang. Tapi untuk seafood ini tidak menimbulkan alergi, aku tidak menanyakan apakah seafood ini diternak atau didatangkan dari luar negeri.


Penampakkannya seperti kepiting raja, tapi isinya sudah bercampur dengan udang dan diolah bumbu kuning ala menado yang tidaklah pedas. Lumayan seh tapi kurang pedas.




Caviar alias telur ikan yang berwarna hitam ini sangatlah eksklusif karena hanya tersedia di resto tertentu, harganya pun sangat luar biasa mahal dan untuk pertama kali mencoba rasanya pun bagiku sangat asin dan seperti memakan ikan asin.




Gambar di atas adalah beef dan yang dipiring adalah lamb alias daging domba, rasanya enak dan aroma dombanya sangat pekat. Kurang begitu suka.









The best bebek peking ever, rasanya enak banget bikin ketagihan. Es campur ketan hitamnya juga juara. Kalau nasi liwet, martabak telor dan kebab tidak aku coba karena takut gak muat diperut...hehe.






Keju super enak dari beragam negara, makannya harus dikombinasi sama manisan buah yg sudah tersedia. Rasa kejunya berasa dan keluar berasa aromanya.



Cokelat praline nya enak dan pas tidak kemanisan dan cukup membuat lidah berhenti di gigitan 2 buah saja.









Hampir semua cake dan panacotta aku cobain, dan semua rasanya standar seh. Sama saja seperti yg banyak di jual di toko-toko kue dan belum ada yg istimewa banget.



Yang terakhir adalah es krim dengan berbagai rasa, aku paling suka macademia butter. Rasanya enak banget, dan kacang macademia nya utuh bulat saat dimakan. Sensasinya tak terlupakan.




Nilai Plus makan di restoran ini:
- all seafoodnya fresh dan enak semua
- tersedia caviar yg sangat mahal dan jarang ditemukan di resto manapun
- tempatnya mewah karena di hotel berbintang 5
- hampir semua pemandangan area nya asri dan teduh
- chef nya helpfull dan ramah dengan senyum

Nilai Minus makan di restoran ini:
- Sunday brunch disini sangat amat mahal banget sekitar 1.5jt 
- pelayanan yg diberikan oleh penyambut tamu sangat pilih kasih, tidak ramah, tidak helpfull (helpfull hanya untuk mereka yg bawa pengawal ke restoran, mungkin setigkat pejabat pemerintahan)
- baru 1 jam makan udah diusir (mungkin takut bangkrut, secara makan ala buffet or all you can eat)
- semua staf penerima tamu hotel kurang ramah, dan kurang senyum yg tulus.
- tidak ada feed back untuk customer complain, sangat amat disayangkan untuk hotel ini.



Kesimpulannya adalah seenak-enaknya makanan di restoran ini, masih lebih enak makanan di mal dan cafe yang tidak terlalu over price. Karena mahalnya makanan tidak menjamin kepuasan pelanggan untuk datang kembali. Apalagi tidak dibarengi dengan memberikan etika dan keramahan yang setulus hati dari para staff yang katanya profesional dan berpengalaman itu.


Sekian review aku mengenai makan di restoran over price di Jakarta Restauran The Dharmawangsa, sampai bertemu di cerita lainnya.

Terimakasih telah membaca blogku.













Follow and contact me:
Email: agustinanaomi6@gmail.com
IG : _priskilanaonao





























Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Magic Skincare of Yehwadam

[Review] Opening Rollover Reaction Pop Up Store